Jumat, 16 Maret 2012

Proses-Penciptaan-Manusia


PROSES PENCIPTAAN MANUSIA

I.         AYAT-AYAT YANG BERKAITAN
1.      Manusia diciptakan dari diri yang satu
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (النساء : ١ )
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu  (Adam), dan (Allah) Menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah Memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (perihalalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu Menjaga dan Mengawasimu” (Q.S. An Nisa’: 4)
2.      Manusia diciptakan dari air mani
وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالأنْثَى۝ مِنْ نُطْفَةٍ إِذَا تُمْنَى (النجم : ٤٥-٤٦ )
 Dan sesungguhnya Dia-lah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan. Dari   mani apabila dipancarkan” (Q.S. An-Najm: 45-46)
خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ۝ يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ (الطارق : ٥-٧ )
“Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar. Yang keluar dari antara tulang punggung (sulbi) dan tulang dada” (Q.S. Ath-Thariq:5-7)
3.      Manusia diciptakan dalam beberapa tingkatan
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الأرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الأرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ (الحج : ٥ )
“Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu; dan kami tetepkan dalam rahim menurut kehendak kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (berangsur-berangsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah” (Q.S. Al-Hajj:5)
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ۝ ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ۝ ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (المئمنون : ١٢٤ )
“Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh. Kemudian, air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, pencipta yang paling baik” (Q.S. Al-Mu’minun: 12-14)

II.      PEMBAHASAN
1.      Asal Mula Manusia
Asal mula penciptaan manusia pertama yakni Adam AS yang merupakan bapak dari semua manusia yaitu tanah.[1] Lebih lanjut Ibnu Katsir menjelaskan Allah Ta’ala memberitahukan bahwa permulaan penciptaan manusia berasal dari sari pati tanah yaitu Adam AS diciptakan dari tanah liat yang berasal dari lumpur hitam.[2]
Al-Qur’an juga menguraikan produksi dan reproduksi manusia. Ketika berbicara tentang penciptaan manusia pertama, Al-Qur’an menunjukkan kepada Sang Pencipta dengan menggunakan nama berbentuk tunggal:
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ (الصاد : ٧١ )                                         Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah
Tetapi ketika berbicara tentang reproduksi manusia secara umum, Yang Maha Pencipta ditunjuk dengan menggunakan bentuk jamak. Demikian kesimpulan kita kalau membaca Surat At-Tin ayat 4.
لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya
Hal itu untuk menunjukkan perbedaan proses kejadian manusia secara umum dan proses kejadian Adam AS. Penciptaan manusia secara umum, melalui keterlibatan Tuhan bersama selain Nya, yaitu Ibu dan Bapak. Keterlibatan ibu dan bapak mempunyai pengaruh menyangkut bentuk fisik dan psikis anak, sedangkan dalam penciptaan Adam AS tidak terdapat keterlibatan pihak lain termasuk ibu dan bapak.[3]
Adam tidak berpindah ke dalam fase-fase hewan dan tidak menjalani fase-fase manusia sebagaiman dijalani oleh anak Adam. Jika ia menjalaninya, tentu disebutkan dalam teks-teks Al-Qur’an dan Hadis. Teks-teks tersebut menunjukkan apa-apa yang telah dicapai oleh akal bahwa manusia berasal dari kedua orang tua (Adam dan Hawa) yang diciptakan secara langsung.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebutkan penciptaan Adam dengan beberapa sifat yang berbeda, sebenarnya menunjukkan pada satu penciptaan yang mempunyai beberapa fase sehingga antara ayat yang satu dan yang lainnya tidak bertentangan. Sebagaimana urutan yang dijelaskan dalam hadis yang artinya :
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari turab (tanah), kemudian menjadikannya thin (tanah), lalu membiarkannya. Jika sudah menjadi lumpur hitam, Allah membentuknya. Kemudian Dia membiarkannya lagi. Jika sudah menjadi tanah kering seperti tembikar, iblis melawatinya dan mengatakan aku telah diciptakan untuk suatu urusan yang besar. Kemudian Allah meniupkan roh ke dalamnya. Yang pertama kali berlaku pada roh itu adalah penglihatan dan penciumannya. Lalu ia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah) maka Allah menjawab yarhamukallah (semoga Allah menyayangimu).[4]
Adapun hawa diciptakan Allah dari Adam. Hal ini diterangkan dalam beberapa ayat Al-Qur’an seperti: Q.S. An-Nisa’ ayat 1, Q.S. Al- A’raf ayat 189, dan kemudian dalam Q.S. Az-Zumar ayat 6.
Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 1, bahwa kata Nafs dipahami oleh sebagian besar pakar Tafsir dengan Adam. Sekaligus kata Zaujaha yang secara harfiahnya pasangannya mengacu pada istri Adam yaitu Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam sebelah kiri.[5]
Hal itu juga diperkuat dengan keterangan Tafsir Showi, bahwa tulang rusuk itu diambil ketika Adam sedang tidur, dia tidak merasa sedikitpun dan juga tidak sakit. Ketika dia bangun, dia dikejutkan dengan keberadannya (hawa), kemudian ia tertarik padanya. Ketika Adam hendak menjulurkan tangannya kepada hawa, Malaikat berkata kepadanya, jangan, sebelum engkau membayar maharnya. Apa maharnya? Tanya Adam, Kemudian ia berkata : bershalawatlah kepada Nabi SAW: dalam suatu riwayat 3 kali dan dalam riwayat yang lain 17 kali.[6]
Oleh karena itu, benarlah jika dikatakan dalam Q.S Al-An’am ayat 98 yang artinya “Dialah yang menciptakan kalian dari diri yang satu.” Nafs wahidah / diri yang satu bermakna Adam. Kemudian dari tulang rusuknya diciptakan hawa. Maka, setiap manusia itu diciptakan dari diri yang satu yakni Adam.[7] Dimana Adam dan Hawa adalah kedua orang tua umat manusia.
Adapun penciptaan Nabi Isa juga seperti penciptaan Nabi Adam yang diciptakan dari tanah. Bedanya, Nabi Isa melalui / mempunyai ibu, sedang Adam langsung berasal dari tanah. Hal ini juga dijelaskan dalam tafsir Jalalain ketika menafsiri ayat إن مثل عيسى عند الله كمثل أدم خلقه من تراب penciptaannya yang asing atau luar biasa dimana Ia dilahirkan tanpa mempunyai seorang ayah dimisalkan seperti penciptaan yang lebih asing atau luar biasa lagi yang bertujuan untuk mengalahkan orang yang menentang dan melemahkan diri penentang itu. Yaitu penciptaan Nabi Adam maupun Nabi Isa adalah dari تراب yang berarti tanah.[8]
2.      Tahap-Tahap Kejadian Manusia
Semua mahluk hidup mempunyai masa  hidup yang terbatas. Mekanisme yang dengannya Allah menjadikan mahluk-mahluk ini tetap hidup diatas bumi adalah reproduksi, dimana dengan reproduksi ini dihasilkan generasi baru dari jenis yang sama.[9] Hal ini juga telah dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an bahwa manusia diciptakan dalam beberapa tingkatan, diantaranya: Q.S. Al-Hajj ayat 5, Q.S. Al-Mu’minun ayat 12-14, Q.S. Al-Mu’min ayat 67, Q.S. Al-Qiyamah (75) ayat 37dan lainnya.
Berikut akan saya kemukakan sekelumit tentang persoalan ini, khususnya yang berkaitan dengan tahap-tahap kejadian manusia. Setidaknya ada sembilan tahapan penciptaan manusia yaitu sebagai berikut :
a.       Fase Tanah
Dalam Q.S Al-Mukminun ayat 12, dijelaskan bahwa manusia itu diciptakan dari saripati yang berasal dari tanah. Berbeda-beda pendapat ulama tentang siapa yang dimaksud dengan Al-Insan / manusia pada ayat tersebut. Banyak yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah Adam. Ada juga yang berpendapat bahwa kata Al-Insan tersebut bermakna jenis manusia. Ath-Thabattabai misalnya berpendapat bahwa yang dimaksud Al-Insan tidak mungkin Adam.[10]
Pendapat lain yang menyatakan bahwa (sulalah min thin) menunjukkan sperma laki-laki dan ovum wanita. Keduanya berasal dari makanan dan makanan berasal dari tanah. Inilah makna yang benar dan menunjukkan pada kenyataan.[11]
Hal ini juga diperjelas oleh Al-Maraghi ketika menafsiri Q.S Al-Hajj ayat 5 (فَاِنَّ خَلَقْنَكُمْ مِّنْ تُرَابٍ) Turab disini diTafsiri sebagai penciptaan manusia yang berasal dari mani yang berasal dari makanan dan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tumbuh-tumbuhan berasal dari bumi dan air.[12]
Kemudian Sayyid Qutub mengomentari kata (Turab) tersebut dengan menyatakan : “Manusia adalah putra bumi ini ; dari tanahnya dia tumbuh dan berkembang, dari tanahnya dia terbentuk, dan dari tanahnya pula dia hidup. Tidak terdapat satu unsur pun dalam jasmani manusia yang tidak memilki persamaan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam bumi, kecuali rahasia yang sangat halus yang ditiupkan Allah padanya dari Ruh-Nya, dan dengan ruh itulah manusia berbeda dari unsur-unsur tanah itu, tetapi pada dasarnya manusia berasal dari tanah. Makanan dan semua unsur jasmaniyahnya berasal dari tanah.[13]
b.      Fase Nutfah
Nutfah adalah fase kedua setelah tanah, hal ini sebagaimana disebutkan oleh Al-Maraghi bahwa Nutfah / air mani yang dijadikan dari darah yang berasal dari makanan seorang ayah dimana makanan itu tadi bersumber dari tanah.[14]
Dalam Q.S. Al-Qiyamah ayat 37 dijelaskan bahwa manusia dahulunya adalah setetes mani yang ditumpahkan ke dalam rahim. Artinya manusia  itu diciptakan dari air mani yang lemah dan hina yang dipancarkan dari tulang-tulang sulbi kemudian menembus ke dalam rahim.[15] Yakni dikumpulkan di dalam rahim yaitu tempat menetap air laki-laki dan perempuan. Sedangkan rahim sendiri memang disediakan untuk itu dan sanggup menjaga air yang ditiupkan disana.[16]
QS. An-Najm (53) ayat 45 dan 46 dijelaskan “ Dialah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan dari mani, apabila dipancarkan”. Al-Qur’an sungguh akurat, penelitian ilmiah membuktikan adanya dua macam kandungan sperma yaitu kromosom laki-laki yang dilambangkan dengan (Y), dan kromosom perempuan dilambangkan dengan (X). sedangkan indung telur atau ovum hanya memiliki kromosom X. Apabila yang membuahi ovum sperma yang memiliki kromosom Y, maka anak yang dikandung adalah laki-laki. Bila X maka anak yang dikandung perempuan. Jika demikian yang menentukan jenis kelamin anak adalah Nutfah atau sperma laki-laki.[17]
QS. At-Thoriq (86) ayat 5-7 dijelaskan bahwa kata دَافِقٌ atau memancar mengisyaratkan bahwa air itu sendiri yang memiliki sifat memancar. Ia tidak dipancarkan tetapi memancar dengan sendirinya. Air itu adalah air mani, kemudian kata  اَلصُّلْبُberarti tulang belakang/punggung, sedang kata التَّرَائِبْ   berarti tulang dada. Sebagian Mufassir memahami  اَلصُّلْبُ  tulang belakang pria dan  التَّرَائِبْ  tulang dada wanita, sebagaimana terdapat dalam Tafsir Ibnu Katsir. Sebagian ulama tidak menyetujui pendapat ini, dengan alas an jika demikian, air itu keluar dari dua sumber yakni pria dan wanita, kenapa menggunakan yang berbentuk tunggal bukan dual. Dengan demikian, air itu dilukiskan antara tulang punggung dan dada. Bukan dikatakan keluar dari masing-masing. Atas dasar itu kita dapat berkata bahwa air yang dimaksud adalah sperma pria yang keluar diantara tulang punggung dari dadanya.[18]
c.       Fase Alaqoh
Alaqoh adalah tahap kejadian manusia setelah adanya nutfah.[19] Kata علقة terambil dari kata علق. Menurut Jalalain ia adalah darah yang membeku.[20] Hal ini juga diperkuat oleh Al-Maraghi bahwa alaqoh adalah darah tebal yang membeku.[21] Dalam Tafsir showi pun dijelaskan ketika nutfah berada di rahim, dan Allah hendak menjadikannya makhluk maka setelah empat puluh hari ia menjadi darah di dalam rahim, kemudian berkumpul, dan inilah masa terjadinya alaqoh.[22]
Namun, setelah kemajuan ilmu pengetahuan serta maraknya penelitian, para embriolog enggan menafsirkan dengan arti tersebut. Mereka lebih cenderung memahaminya dalam arti sesuatu yang bergantung atau berdempet di dinding rahim. Menurut mereka, selain pada masa itu sama sekali belum ditemukan unsur darah, juga setelah terjadinya pembuahan (nuthfah yang berada dalam rahim itu), maka terjadi proses dimana hasil pembuahan itu menghasilkan zat baru, yang kemudian terbelah menjadi dua, kemudian empat, kemudian delapan, demikian seterusnya berkelipatan dua, dalam proses itu, ia bergerak menuju dinding rahim dan akhirnya bergantung atau berdempet disana. Nah inilah yang dinamakan alaqoh dalam Al-Qur’an. hingga tidak terhitung jumlahnya sambil bergerak ke kantong kehamilan dan melekat berdempet serta masuk ke dinding rahim. Dan bisa saja عَلَقْ dipahami sebagai ayat yang berbicara tentang sifat manusia sebagai mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tetapi bergantung kepada selainnya.[23]
d.      Fase Mudghah
Kata مضغه terambil dari kata مضغ yang berarti mengunyah. Mudghah adalah sesuatu yang kadarnya kecil sehingga dapat dikunyah.[24] Hal ini juga senada dengan pendapat Al-Maraghi, bahwa mudghah adalah sepotong daging yang besarnya kira-kira sebesar kunyahan.[25]
Adapun pengertian yang lebih lengkap, Mudghah adalah sepotong daging tempat pembentukan janin. Fase ini dimulai kira-kira minggu keempat. Pada dua puluh hari masa pembuahan, terlihat permulaan munculnya anggota tubuh terpenting. Oleh karena itu, ilmu kedokteran menyatakan bahwa minggu ini adalah awal pembentukan anggota-anggota tubuh.[26]
Selain itu Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa ada Mudghah mukhallaqah dan ghoiru mukhallaqah artinya kejadian potongan daging itu ada yang sempurna kejadiannya tidak ada kekurangan maupun kecacatan pada awal permulaannya dan juga tidak cacat ada pula yang tidak sempurna kejadiannya dalam artian terdapat kecacatan.[27] & [28]
e.       Fase Tulang dan Daging
Menurut Ibnu Katsir, bahwa setelah proses pembentukan mudghoh, Allah membentuk dan merancangnya yakni Allah membentuk menjadi bentuk yang memiliki kepala, dua tangan, dua kaki dengan tulang, syaraf dan urat-uratnya. “Lalu Kami Bungkus Tulang Itu Dengan Daging” yakni kami jadikan daging itu sebagai pembungkus penguat dan pengokoh tulang.[29] Kemudian Al-Maraghi menafsirkan فخلقنا المضغة عظاما artinya menjadikannya angota-angota badan yang seimbang. Kemudian kami jadikan daging itu sebagai pembungkusnya setelah tulang itu sebagai pembungkusnya. Maka jadilah pembungkusnya itu menutupi seluruh tubuh.[30]
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa perubahan pada mudghah dapat terjadi secara keseluruhan atau sebagiannya. Brrdasarkan temuan ilmu kedokteran, perubahan tersebut hanya terjadi pada sebagian mudghah karena sebagian mudghah itulah yang berubah menjadii tulang belulang (sumber susunan tulang, otot, dan kulit adalah satu lapisan pada jaringan, yaitu lapisan tengah).[31]
f.       Fase Penciptaan Makhluk yang berbentuk lain
Firman-Nya ثم أنشأناه خلقا أخر kholqan akhara / makhluk lain mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang dianugrahkan kepada makhluk yang dibicarakan ini yang menjadikan ia berbeda dengan makhluk-makhluk lain. Gorila atau orang utan, memiliki organ yang sama dengan manusia. Tetapi ia berbeda dengan manusia, karena Allah telah menganugerahkan makhluk ini ruh ciptaan-Nya yang tidak Dia anugerahkan kepada siapapun kendati kepada malaikat.   Orang utan atau apapun akan berhenti evolusinya pada kebinatangan, tetapi makhluk manusia memiliki potensi yang sangat besar sehingga ia dapat mencapai kesempurnaan makhluk.[32]
Dalam Tafsir jalalain ayat tersebut dimaknai dengan setelah melalui fase-fase sebelumnya, maka pada fase ini terjadi peniupan ruh ke dalamnya agar menjadi hidup stelah sebelumnya belum bernyawa.[33] Dan seperti perkataan Ibnu Abbas dan Ad-Dhahak dalam Tafsir showi : bahwa خلقا أخر adalah keluarnya bayi ke dunia.[34]
g.      Masa Kanak-kanak
ثم نخرجكم طفلا ditafsiri oleh Al-Maraghi sebagai tahap dimana dikeluarkan dari rahim ibu kalian tatkala sampai masa yang telah ditentukan untuk kelahirannya yaitu bayi yang kecil yang masih dalam buaian.[35] Adapun dalam Tafsir jalalain kalimat tersebut dimaknai sebagai keadaan yang lemah baik badannya, pendengarannya, penglihatan, panca indra, amarah, dan akalnya.[36]
Kata طفل thifl yakni anak kecil / bayi berbentuk tunggal. Walaupun redaksi ayat di atas ditunjukkan kepada jamak, namun karena ayat ini menggambarkan keadaan setiap yang lahir, maka kata tersebut dipahami dalam arti masing-masing kamu yang lahir dalam bentuk anak kecil / bayi. Penggunaan bentuk tunggal ini juga mengisyaratkan bahwa ketika lahir semua thifl yang dalam hal ini berarti bayi dalam keadaan sama, mereka semua suci, mengandalkan orang lain, belum memiliki birahi, dan keinginan yang berbeda-beda.[37]
h.      Masa Dewasa
ثم لتبلغو أشدكم dalam hal ini Al-Maraghi menjelaskan bahwa dimana tahap manusia dipanjangkan usianya dan dimudahkan dalam pendidikannya sehingga sampailah pada kesempurnaan akal dan puncaknya kekuatan (masa terkuat).[38] Hal ini juga senada dengan yang dijelaskan oleh Ibnu katsir, yaitu kesempurnaan kekuatan yang semakin bertambah dan mencapai permulaan usia muda serta bagusnya penglihatan.[39]
Masa dewasa adalah masa saat seseorang sedang dalam puncak kekuatannya. Dengan mulainya masa dewasa ini, pembebanan syari’atpun dimulai. Oleh karena itu, ayat Al-Qur’an dalam Surat Al-Hajj menyebutkan tentang kematian sebelum dan sesudah saat itu. Ayat itu juga menyebutkan kata nukhrijukum (Kami keluarkan kamu) dan kata nuqirru (Kami tetapkan) tanpa huruf lam (yang berarti “agar”), sedangkan kata litablughu (agar kamu sampai) tertulis dengan “lam”. Ini menunjukkan bahwa tujuan dari penciptaan adalah agar kalian sampai pada umur dewasa sehingga kalian dibebani dengan syari’at dan diuji.[40]
i.        Masa Tua
أرذل terambil dari kata رذل artinya sesuatu yang hina atau nilainya rendah. Yang dimaksud disini adalah usia yang sangat tua yang menjadikan seseorang tidak memiliki lagi produktifitas karena daya fisik dan ingatannya telah sangat berkurang.[41]
ومنكم من يرد إلى أرذل الأمر kemudian ayat tersebut juga ditafsiri Jalalain dengan keadaan yang hina dan lemah serta takut.[42] Lebih lanjut ayat tersebut dijelaskan dalam Tafsir showi bahwa أرذل الأمر itu lima puluh sampai tujuh puluh tahun, ada juga yang mengatakan delapan puluh tahun dan ada juga yang mengatakan sembilan puluh tahun.[43]
Lebih lanjut, keterangan dalam Tafsir Al-Maraghi menyebutkan bahwa Tafsiran dari ayat ومنكم من يتوفى ومنكم من يرد إلى أرذل الأمر  adalah ada sebagian kalian yang diwafatkan sampai pada masa kesempurnaan kekuatannya dan akalnya, ada juga yang masih hidup sampai pada masa yang sangat lemah dan pikun. Maka jadilah ia seperti masa awal kanak-kanaknya, sangat lemah baik akal maupun pemahaman.[44]

III.   IMPLIKASI TERHADAP PENDIDIKAN
1.         Pendidikan Harus Mempunyai Tahapan-tahapan.
Hal ini dapat disimpulkan dari proses kejadian manusia yang bertahap-tahap. Hal ini dapat dijadikan rujukan bagi kita, baik sebagai pendidik maupun peserta didik agar senantiasa belajar dengan tahap-tahap dari tingkat rendah ke yang lebih tinggi, dari mudah kemudian yang sukar, dan lain sebagainya. Allah saja yang mampu manjadikannya sekaligus tidak melakukan demikian, apalagi kita sebagai manusia biasa yang ilmunya dibandigkan dengan Allah adalah setetes tinta yang dicelupkan ke dalam samudra yang luas.

2.         Manusia Dilarang Berlaku Sombong
Banyak pelajaran yang dapat ditarik dari air yang merupakan asal kejadian manusia itu, antara lain adalah kelemahan manusia. Seakan-akan ayat ini menyatakan kepada manusia.
Hai manusia, engkau lemah tidak memiliki kekuasaan. Air yang terdapat pada dirimu sendiri engkau tidak mampu menahan pancarannya, itulah kejadianmu
Sayyidina Ali berkata: Hai manusia mengapa engkau angkuh? Engkau diciptakan dari air yang hina, engkau berjalan membawa kotoran dalam perutmu, dan badanmu kelak jika engkau mati akan menjadi bangkai yang menjijikkan”.[45]
3.         Manusia adalah makhluk pertama yang disebut dalam Al-Qur’an
Dalam memperkenalkan perbuatan-perbuatannya, penciptaan merupakan hal pertama yang dipertegas karena ia merupakan persyaratan bagi terlaksana perbuatan-perbuatan lain. Dalam hal ini adalah penciptaan manusia.
Manusia adalah makhluk pertama yang disebut Allah dalam Al-Qur’an melalui wahyu pertama. Bukan saja karena ia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya atau karena segala sesuatu dalam alam raya ini diciptakan dan ditundukkan Allah demi kepentingan manusia, tetapi juga karena kitab suci Al-Qur’an ditunjukkan kepada manusia guna menjadi pelita hidupnya.[46]

IV.   KESIMPULAN
1.      Asal mula kejadian manusia yaitu Nabi Adam A.S adalah tanah. Kemudian istrinya Hawa diciptakan Allah dari tulang rusuk Nabi Adam bagian belakang sebelah kiri ketika Nabi Adam sedang tidur.
2.      penciptaan Nabi Isa juga seperti penciptaan Nabi Adam yang diciptakan dari tanah. Bedanya, Nabi Isa melalui / mempunyai ibu, sedang Adam langsung berasal dari tanah.
3.      Tahap-tahap kejadian manusia. Setidaknya ada sembilan tahapan penciptaan manusia yaitu sebagai berikut :

a.       Tanah
b.      Nutfah
c.       Alaqoh
d.      Mudghah
e.       Tulang dan daging
f.       Penciptaan Makhluk yang berbentuk lain
g.      Masa kanak-kanak
h.      Masa Dewasa
i.        Masa Tua.

4.      Implikasi Terhadap Pendidikan
a.       Pendidikan harus mempunyai tahapan-tahapan.
b.      Manusia tidak boleh berlaku sombong.
c.       Manusia adalah makhluk pertama yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an karena Al-Qur’an ditujukan untuk manusia untuk dijadikan pedoman.

V.      DAFTAR PESTAKA
v  M. Quraisy Syihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
v  Imam Abi FidaIsmail Ibnu Katsir, 140 H, Tafsir Ibnu Katsir, Makkah, al-Maktabah Al-Tijariyah,1986.
v  A. Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Dar Al-Fikri, Beirut, 2001.
v  Imam Jalaluddin As-Syuyuti & Jalaluddin Al-Mahali, Tafsir Jalalain, Semarang, Toha Putra.
v  Ahmad Showi Al-Maliky, Tafsir Showi, Toha Putra, Semarang.
v  Imam Muhammad Ar-Razi, Tafsir Fahrir Ar-Razi, Dar Al-Fikri, Beirut.
v  M. Quraisy Syihab, Wawasan Al-Qur’an, Bandung. Penerbit Mitra. 1996.
v  Muhammad Izzuddin Taufiq, Al-Qur’an dan Embriologi Dalil Anfus dan Ayat Penciptaan (ayat-ayat tentang penciptaan manusia), Tiga Serangkai, Solo, 2006.
v  Muhamad Ali Albar, Penciptaan Manusia, Mitra Pustaka, Yogyakarta : 2001


[1]                                             هو الذي خلقكم من طين أي بخلق أبيكم أدم منه ( التفسير جلالين جز ١ صحيفه ١١٢ )
[2] ( ولقد خلقن اللإنسان من سلالة من طين) يقول تعالى مخبرا عن إبتداء خلق الإنسان من سلالة من طين وهو أدم عليه السلام خلق الله من صلصال من حماء مسنون . ( التفسير    إبن كثير صحيفه ٤٥٢ )
[3] M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an. Bandung : Mizan.1996 hal 180-181
[4] Muhammad Izzuddin Taufiq, Al-Qur’an dan Embriologi Dalil Anfus dan Ayat Penciptaan (ayat-ayat tentang penciptaan manusia), Tiga Serangkai, Solo, 2006. Hal. 22-23
[5] ( وخلق منها زوجها ) حواء بالمد من ضلع من أضلاعه اليسرى (التفسير جلالين جز ١ صحيفه ٦٩)                            
[6] (من ضلع من أضلاعه) أي بعد أن أخذه النوم ولا يشعر بذلك ولم يتألم . فلما استيقظ من العوم وجدها فمال إليها فأراد أن يمد يده إليها . فقالت له الملائكة مه يا ادم حتى تئدي مهرها. قال فما مهرها ؟ قالوا حتى تصلي على النبي صلى الله عليه وسلم. في رواية ثلاث صلوات . وفي رواية أخر سبعة عشر (التفسير الصاوي الجز ٢ صحفه ٤ )
[7] في أن نفس الواحدة هي أدم عليه السلام وهي نفس واحده . وحواء مخلوقة من ضلع من أضلاعه فصار كل الناس من نفس واحده وهي أدم (التفسير الرازي الجز ٧ صحفه  ٧ . ١ )
[8] (إن مثل عيسى) شأنه الغريب (عند الله كمثل أدم ) كشأنه في خلقه من غير أب وهو من تشبيه الغريب بالأغراب ليكون أقطع للخصم وأوقع في النفس (خلقه ) أي أدم أي قالبه (من تراب ثم قال له كن) بشرا (فيكون) أى فكان وذلك عيسى قال قال له كن من غير أب . (التفسير جلالين جز ١ صحيفه ٥٣)
[9] Muhammad Ali Albar, Penciptaan Manusia, Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2001 hal . 4
[10] M. Quraisy Shihab, Tafsi Al Misbah, Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati,2002. Vol. 9 hal. 166
[11] Op.Cit, Muhammad Izzuddin Taufiq, hal. 21
[12](فَاِنَّ خَلَقْنَكُمْ مِّنْ تُرَابٍ) إذ خلق الإنسان من المني المتولد من الأغذية و الأغذية تنتهي إلي النبات وهو يتولد من الأرض والماء ( التفسير المراغي جز ١٨ صحفه ٨)
[13] Op. Cit, M. Quraisy Syihab, Vol. 9 hal. 12
[14] (ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ) أى ثم من مني مكون من الدام المتولد من الغذاء المنتها إلى التراب ( التفسير المراغي جز ١٧ صحفه ٨٨)        
[15](ألم يك نطفة من مني يمنى ) أي أما كان الإنسان نطفة ضعيفة من ماء ماه يمنى يراق من الأصلاب في الأرحام ( التفسير    إبن كثير صحيفه ٤٥٢ )
[16] (فجعلناه في قرار مكين) يعنى جمعناه في الرحم وهو قرار الماء من الرجل والمرأة والرحم معد لذلك حافظ من الماء من      أودع فيه من الماء ( التفسيرإبن كثير صحيفه. ٤٥ )
[17] Op. Cit, M. Quraisy Syihab, Vol. 5 hal. 643
[18] Ibid, Vol 15, hal. 201
[19] في قزله تعالى (ثم كان علقه ) أي الإنسان كان علقة بعد النطفه (التفسير الرازي الجز ١٥ صحفه  ٢٣٤ )                           
[20] (ثم من علقه) وهي الدام الجامد (التفسير جلالين جز ١ صحيفه ٢٧٥)                                                             
[21]  (ثم من علقه) أي ثم من دام جامد غليظ ( التفسيرالمراغي جز ١٧ صحفه ٨٨)                                                          
[22] أن النطفة إذا وقعت في الرحم . وأراد الله أن يخلق منها بشرا . ثم تمكثت أربعين يوما ثم تصير داما في الرحم . فذلك جمعها . وهو وقت جعلها علقة. (التفسير الصاوي الجز ٤ صحفه ١٨٦ )
[23] Op. Cit, M. Quraisy Syihab, Vol. 9 hal. 167
[24] Ibid. Vol. 9 hal. 167
[25] ( فخلقنا العلقة مضغه ) أى قطعط لحم بمقدار ما يمضح    ( التفسير المراغي جز ١٧ صحفه ٨٨ )                                   
[26] Op.Cit, Muhammad Izzuddin Taufiq, hal. 70
[27]         (ثم من مضغة ( مخلقة) مصورة تامة الخلق ( وغير مخلقة) أى غير تامة الخلق  (التفسير جلالين  صحيفه ٢٧٤)
[28]     (ثم من مضغة مخلقة وغير مخلقة) أى ثم من قطعة المسومة . لا نقصص فيها ولاعيب في إبتداء خلقها . ومضغة غير مسومة . فيها عيب . ( التفسير المراغي جز ١٧ صحفه ٨٨ )
[29]فخلقنا المضغة عظاما ) يعنى شكلناها ذات رأس ويدين و رجلين بعظاممها وعصها وعروقها . (التفسير جلالين  صحيفه . ٢٩ )
[30]فخلقنا المضغة عظاما) أى فصيرناها كذلك . وميزانا بين أجزئها (فكسون العظام لحما) أى فجعلنا اللحم كسوة لها . من قبل أنه  ( التفسير المراغي جز ١٨ صحفه ٩ )  يستر العظام فأشابه بالكسوة الساترة للجسم .
[31] Op.Cit, Muhammad Izzuddin Taufiq, hal. 69
[32] Op. Cit, M. Quraisy Syihab, Vol. 9 hal. 167
[33]      (ثم أنشأناه خلقا أخر ) بنفخ الروح فيه . أى جعله حيا حساسا بعد أن كان جماد (التفسير جلالين جز ١ صحيفه ٢٩١)
[34] هذا قول إبن عباس والشعيب والضحاق . وقيل الخلق الأخر هو خروجه إلى الدنيا . (التفسير الصاوي الجز ٤ صحفه ٢٢٦ )   
[35] ( ثم نخرجكم طفلا ) أي ثم نخرجكم من أرحام أمهاتكم إذا بلغتم الأجل الذي قدّرته لخروجكم منها أطفالا صغارا في المهد   ( التفسير المراغي جز ١٧ صحفه ٨٩ )  
[36] ( ثم نخرجكم طفلا ) أي ضعيف في بدنه وسمعه وبصره وحواسه و بطشه و علقه . ( التفسير إبن كثير صحيفه ٢.٦)        
[37] Ibid, M. Quraisy Syihab,  Vol. 9 hal. 167
[38] (ثم لتبلغو أشدكم)أى ثم يعمركم ويسهل تربيتكم حتى تبلغوا كمال عقولكم.ونهاية قواكم(التفسير المراغي جز ١٧ صحفه٨٩)   
[39] (ثم لتبلغو أشدكم ) أى يتكمل القوي ويتزايد ويصل إلى عنفوان الشباب وحسن المنظر. ( التفسير إبن كثير صحيفه ٢.٦)     
[40] Op.Cit, Muhammad Izzuddin Taufiq, hal. 104
[41] Op. Cit, M. Quraisy Syihab, Vol. 9, hal. 14
[42]  (ومنكم من يرد إلى أرذل الأمر ) أخسه من الهرام والخوف من الهرم والخوف (التفسير جلالين جز ١ صحيفه ٢٩٢)        
[43] (إلى أرذل الأمر) قيل هو خمس زسبعون سنه . وقيل ثمانون . وقيل تسعون . (التفسير الصاوي الجز ٤ صحفه ١٨٦ )       
[44] (ومنكم من يتوفى ومنكم من يرد إلى أرذل الأمر) أى ومنكم من يتوفى على كمال قوته وكمال عقله . ومنكم من يبقى حتى يبلغ الهرام والخرف فيصير كما كان في أول طفولته ضعيف البنيه سخيف العقل قليل الفهم . (التفسير المراغي جز ١٧     صحفه٨٩)
[45] Op. Cit, M. Quraisy Syihab, Vol 15, hal. 200
[46] Ibid, vol 15. hal.201

1 komentar:

  1. mba' rima... kamu anak stain kan...??
    mklah tafsir ini dosenmu siapa...?

    BalasHapus