PROSES
PENCIPTAAN MANUSIA
I.
AYAT-AYAT YANG BERKAITAN
1.
Manusia diciptakan dari diri yang satu
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ
نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (النساء : ١ )
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) Menciptakan
pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah
Memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta,
dan (perihalalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu
Menjaga dan Mengawasimu” (Q.S. An Nisa’: 4)
2.
Manusia diciptakan dari air mani
وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالأنْثَى مِنْ نُطْفَةٍ إِذَا تُمْنَى (النجم : ٤٥-٤٦ )
“Dan sesungguhnya Dia-lah yang menciptakan pasangan laki-laki dan
perempuan. Dari mani apabila
dipancarkan” (Q.S. An-Najm: 45-46)
خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ
يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ (الطارق : ٥-٧ )
“Dia diciptakan dari air
(mani) yang terpancar. Yang keluar dari antara tulang punggung
(sulbi) dan tulang dada” (Q.S. Ath-Thariq:5-7)
3.
Manusia diciptakan dalam beberapa tingkatan
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ
فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ
ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ
وَنُقِرُّ فِي الأرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ
طِفْلا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ
يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا
وَتَرَى الأرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ
وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ (الحج : ٥ )
“Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari)
kebangkitan, maka sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang
tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu; dan kami tetepkan dalam rahim
menurut kehendak kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami
keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (berangsur-berangsur) kamu
sampai kepada usia dewasa, dan antara kamu ada yang diwafatkan
dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua
(pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami
turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan
menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah” (Q.S. Al-Hajj:5)
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ
مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ
أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
(المئمنون : ١٢ -١٤ )
“Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari sari pati
(berasal) dari tanah. Kemudian kami menjadikan air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh. Kemudian, air mani itu
kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging
itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus
dengan daging. Kemudian, kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk)
lain. Maha Suci Allah, pencipta yang paling baik” (Q.S. Al-Mu’minun: 12-14)
II.
PEMBAHASAN
1.
Asal Mula Manusia
Asal mula penciptaan manusia pertama yakni Adam AS
yang merupakan bapak dari semua manusia yaitu tanah.[1] Lebih lanjut Ibnu Katsir
menjelaskan Allah Ta’ala memberitahukan bahwa permulaan penciptaan manusia
berasal dari sari pati tanah yaitu Adam AS diciptakan dari tanah liat yang
berasal dari lumpur hitam.[2]
Al-Qur’an juga menguraikan produksi dan reproduksi manusia. Ketika
berbicara tentang penciptaan manusia pertama, Al-Qur’an menunjukkan kepada Sang Pencipta dengan
menggunakan nama berbentuk tunggal:
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ
طِينٍ (الصاد : ٧١ ) “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah”
Tetapi ketika berbicara tentang reproduksi manusia secara umum, Yang
Maha Pencipta ditunjuk dengan menggunakan bentuk jamak. Demikian kesimpulan
kita kalau membaca Surat At-Tin ayat 4.
لَقَدْ
خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan
manusia dalam bentuk sebaik-baiknya”
Hal itu untuk menunjukkan perbedaan proses kejadian manusia secara
umum dan proses kejadian Adam AS. Penciptaan manusia secara umum, melalui
keterlibatan Tuhan bersama selain Nya, yaitu Ibu dan Bapak. Keterlibatan ibu
dan bapak mempunyai pengaruh menyangkut bentuk fisik dan psikis anak, sedangkan
dalam penciptaan Adam AS tidak terdapat keterlibatan pihak lain termasuk ibu
dan bapak.[3]
Adam tidak berpindah ke dalam fase-fase hewan dan
tidak menjalani fase-fase manusia sebagaiman dijalani oleh anak Adam. Jika ia
menjalaninya, tentu disebutkan dalam teks-teks Al-Qur’an dan Hadis. Teks-teks
tersebut menunjukkan apa-apa yang telah dicapai oleh akal bahwa manusia berasal
dari kedua orang tua (Adam dan Hawa) yang diciptakan secara langsung.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebutkan penciptaan
Adam dengan beberapa sifat yang berbeda, sebenarnya menunjukkan pada satu
penciptaan yang mempunyai beberapa fase sehingga antara ayat yang satu dan yang
lainnya tidak bertentangan. Sebagaimana urutan yang dijelaskan dalam hadis yang
artinya :
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari
turab (tanah), kemudian menjadikannya thin (tanah), lalu membiarkannya. Jika
sudah menjadi lumpur hitam, Allah membentuknya. Kemudian Dia membiarkannya
lagi. Jika sudah menjadi tanah kering seperti tembikar, iblis melawatinya dan
mengatakan aku telah diciptakan untuk suatu urusan yang besar. Kemudian Allah
meniupkan roh ke dalamnya. Yang pertama kali berlaku pada roh itu adalah
penglihatan dan penciumannya. Lalu ia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah
(segala puji bagi Allah) maka Allah menjawab yarhamukallah (semoga Allah
menyayangimu).[4]
Adapun hawa diciptakan Allah dari Adam. Hal ini
diterangkan dalam beberapa ayat Al-Qur’an seperti: Q.S. An-Nisa’ ayat 1, Q.S.
Al- A’raf ayat 189, dan kemudian dalam Q.S. Az-Zumar ayat 6.
Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 1, bahwa kata Nafs
dipahami oleh sebagian besar pakar Tafsir dengan Adam.
Sekaligus kata Zaujaha yang secara harfiahnya “pasangannya” mengacu pada
istri Adam yaitu Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam sebelah kiri.[5]
Hal itu juga diperkuat dengan keterangan Tafsir Showi,
bahwa tulang rusuk itu diambil ketika Adam sedang tidur, dia tidak merasa
sedikitpun dan juga tidak sakit. Ketika dia bangun, dia dikejutkan dengan
keberadannya (hawa), kemudian ia tertarik padanya. Ketika Adam hendak
menjulurkan tangannya kepada hawa, Malaikat berkata kepadanya, jangan, sebelum
engkau membayar maharnya. Apa maharnya? Tanya Adam, Kemudian ia berkata :
bershalawatlah kepada Nabi SAW: dalam suatu riwayat 3 kali dan dalam riwayat
yang lain 17 kali.[6]
Oleh karena itu, benarlah jika dikatakan dalam Q.S
Al-An’am ayat 98 yang artinya “Dialah yang menciptakan kalian dari diri yang
satu.” Nafs wahidah / diri yang satu bermakna Adam.
Kemudian dari tulang rusuknya diciptakan hawa. Maka, setiap manusia itu
diciptakan dari diri yang satu yakni Adam.[7] Dimana Adam dan Hawa adalah
kedua orang tua umat manusia.
Adapun penciptaan Nabi Isa juga seperti penciptaan
Nabi Adam yang diciptakan dari tanah. Bedanya, Nabi Isa melalui / mempunyai
ibu, sedang Adam langsung berasal dari tanah. Hal ini juga dijelaskan dalam tafsir Jalalain ketika
menafsiri ayat إن
مثل عيسى عند الله كمثل أدم خلقه من تراب penciptaannya yang
asing atau luar biasa dimana Ia dilahirkan tanpa mempunyai seorang ayah
dimisalkan seperti penciptaan yang lebih asing atau luar biasa lagi yang
bertujuan untuk mengalahkan orang yang menentang dan melemahkan diri penentang
itu. Yaitu penciptaan Nabi Adam maupun Nabi Isa adalah dari تراب yang berarti tanah.[8]
2.
Tahap-Tahap Kejadian Manusia
Semua mahluk hidup mempunyai masa
hidup yang terbatas. Mekanisme yang dengannya Allah menjadikan
mahluk-mahluk ini tetap hidup diatas bumi adalah reproduksi, dimana dengan
reproduksi ini dihasilkan generasi baru dari jenis yang sama.[9] Hal ini juga telah
dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an bahwa manusia diciptakan dalam
beberapa tingkatan, diantaranya: Q.S. Al-Hajj ayat 5, Q.S. Al-Mu’minun ayat
12-14, Q.S. Al-Mu’min ayat 67, Q.S. Al-Qiyamah (75) ayat 37dan lainnya.
Berikut akan saya kemukakan sekelumit tentang
persoalan ini, khususnya yang berkaitan dengan tahap-tahap kejadian manusia.
Setidaknya ada sembilan tahapan penciptaan manusia yaitu sebagai berikut :
a.
Fase Tanah
Dalam Q.S Al-Mukminun ayat 12, dijelaskan bahwa
manusia itu diciptakan dari saripati yang berasal dari tanah. Berbeda-beda
pendapat ulama tentang siapa yang dimaksud dengan Al-Insan / manusia
pada ayat tersebut. Banyak yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah Adam.
Ada juga yang berpendapat bahwa kata Al-Insan tersebut bermakna jenis
manusia. Ath-Thabattabai misalnya berpendapat bahwa yang dimaksud Al-Insan
tidak mungkin Adam.[10]
Pendapat lain yang menyatakan bahwa (sulalah
min thin) menunjukkan sperma laki-laki dan ovum wanita. Keduanya berasal
dari makanan dan makanan berasal dari tanah. Inilah makna yang benar dan
menunjukkan pada kenyataan.[11]
Hal ini juga diperjelas oleh Al-Maraghi ketika
menafsiri Q.S Al-Hajj ayat 5 (فَاِنَّ
خَلَقْنَكُمْ مِّنْ تُرَابٍ)
Turab disini diTafsiri sebagai penciptaan
manusia yang berasal dari mani yang berasal dari makanan dan makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tumbuh-tumbuhan berasal dari bumi dan air.[12]
Kemudian Sayyid Qutub mengomentari kata (Turab)
tersebut dengan menyatakan : “Manusia adalah putra bumi ini ; dari tanahnya dia
tumbuh dan berkembang, dari tanahnya dia terbentuk, dan dari tanahnya pula dia
hidup. Tidak terdapat satu unsur pun dalam jasmani manusia yang tidak memilki
persamaan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam bumi, kecuali rahasia yang
sangat halus yang ditiupkan Allah padanya dari Ruh-Nya, dan dengan ruh itulah
manusia berbeda dari unsur-unsur tanah itu, tetapi pada dasarnya manusia
berasal dari tanah. Makanan dan semua unsur jasmaniyahnya berasal dari tanah.[13]
b.
Fase Nutfah
Nutfah adalah fase kedua setelah tanah, hal ini
sebagaimana disebutkan oleh Al-Maraghi bahwa Nutfah / air mani
yang dijadikan dari darah yang berasal dari makanan seorang ayah dimana makanan
itu tadi bersumber dari tanah.[14]
Dalam Q.S. Al-Qiyamah ayat 37 dijelaskan bahwa
manusia dahulunya adalah setetes mani yang ditumpahkan ke dalam rahim. Artinya
manusia itu diciptakan dari air mani
yang lemah dan hina yang dipancarkan dari tulang-tulang sulbi kemudian menembus
ke dalam rahim.[15]
Yakni dikumpulkan di dalam rahim yaitu tempat menetap air laki-laki dan
perempuan. Sedangkan rahim sendiri memang disediakan untuk itu dan sanggup
menjaga air yang ditiupkan disana.[16]
QS. An-Najm (53) ayat 45 dan 46 dijelaskan “ Dialah yang
menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan dari mani, apabila dipancarkan”. Al-Qur’an sungguh akurat, penelitian
ilmiah membuktikan adanya dua macam kandungan sperma yaitu kromosom laki-laki
yang dilambangkan dengan (Y), dan kromosom perempuan dilambangkan dengan (X).
sedangkan indung telur atau ovum hanya memiliki kromosom X. Apabila yang
membuahi ovum sperma yang memiliki kromosom Y, maka anak yang dikandung adalah
laki-laki. Bila X maka anak yang dikandung perempuan.
Jika demikian yang menentukan jenis kelamin anak adalah Nutfah atau sperma
laki-laki.[17]
QS. At-Thoriq (86) ayat 5-7 dijelaskan bahwa kata دَافِقٌ atau memancar mengisyaratkan
bahwa air itu sendiri yang memiliki sifat memancar. Ia tidak dipancarkan tetapi
memancar dengan sendirinya. Air itu adalah air mani, kemudian kata اَلصُّلْبُberarti
tulang belakang/punggung, sedang kata التَّرَائِبْ berarti tulang dada. Sebagian Mufassir
memahami اَلصُّلْبُ tulang
belakang pria dan التَّرَائِبْ tulang dada wanita, sebagaimana terdapat
dalam Tafsir Ibnu Katsir. Sebagian ulama tidak menyetujui pendapat ini, dengan
alas an jika demikian, air itu keluar dari dua sumber yakni pria dan wanita, kenapa
menggunakan yang berbentuk tunggal bukan dual. Dengan
demikian, air itu dilukiskan antara tulang punggung dan dada. Bukan dikatakan
keluar dari masing-masing. Atas dasar itu kita dapat berkata bahwa air yang
dimaksud adalah sperma pria yang keluar diantara tulang punggung dari dadanya.[18]
c.
Fase Alaqoh
Alaqoh adalah tahap kejadian manusia setelah
adanya nutfah.[19]
Kata علقة terambil dari kata علق. Menurut Jalalain ia adalah
darah yang membeku.[20] Hal ini juga diperkuat
oleh Al-Maraghi bahwa alaqoh adalah darah tebal yang membeku.[21] Dalam Tafsir showi pun
dijelaskan ketika nutfah berada di rahim, dan Allah hendak menjadikannya
makhluk maka setelah empat puluh hari ia menjadi darah di dalam rahim, kemudian
berkumpul, dan inilah masa terjadinya alaqoh.[22]
Namun, setelah kemajuan ilmu pengetahuan serta
maraknya penelitian, para embriolog enggan menafsirkan dengan arti tersebut.
Mereka lebih cenderung memahaminya dalam arti sesuatu yang bergantung atau
berdempet di dinding rahim. Menurut mereka, selain pada masa itu sama sekali
belum ditemukan unsur darah, juga setelah terjadinya pembuahan (nuthfah yang
berada dalam rahim itu), maka terjadi proses dimana hasil pembuahan itu
menghasilkan zat baru, yang kemudian terbelah menjadi dua, kemudian empat,
kemudian delapan, demikian seterusnya berkelipatan dua, dalam proses itu, ia
bergerak menuju dinding rahim dan akhirnya bergantung atau berdempet disana.
Nah inilah yang dinamakan alaqoh dalam Al-Qur’an. hingga tidak terhitung
jumlahnya sambil bergerak ke kantong kehamilan dan melekat berdempet serta
masuk ke dinding rahim. Dan bisa saja عَلَقْ
dipahami sebagai ayat yang berbicara tentang sifat manusia sebagai mahluk sosial
yang tidak dapat hidup sendiri tetapi bergantung kepada selainnya.[23]
d.
Fase Mudghah
Kata مضغه terambil dari kata مضغ yang berarti
mengunyah. Mudghah adalah sesuatu yang kadarnya kecil sehingga dapat
dikunyah.[24]
Hal ini juga senada dengan pendapat Al-Maraghi, bahwa mudghah adalah
sepotong daging yang besarnya kira-kira sebesar kunyahan.[25]
Adapun pengertian yang lebih lengkap, Mudghah adalah
sepotong daging tempat pembentukan janin. Fase ini dimulai kira-kira minggu
keempat. Pada dua puluh hari masa pembuahan, terlihat permulaan munculnya
anggota tubuh terpenting. Oleh karena itu, ilmu kedokteran menyatakan bahwa
minggu ini adalah awal pembentukan anggota-anggota tubuh.[26]
Selain itu Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa ada Mudghah
mukhallaqah dan ghoiru mukhallaqah artinya kejadian potongan daging itu ada
yang sempurna kejadiannya tidak ada kekurangan maupun kecacatan pada awal
permulaannya dan juga tidak cacat ada pula yang tidak sempurna kejadiannya
dalam artian terdapat kecacatan.[27] & [28]
e.
Fase Tulang dan Daging
Menurut Ibnu Katsir, bahwa setelah proses
pembentukan mudghoh, Allah membentuk dan merancangnya yakni Allah membentuk
menjadi bentuk yang memiliki kepala, dua tangan, dua kaki dengan tulang, syaraf
dan urat-uratnya. “Lalu Kami Bungkus Tulang Itu Dengan
Daging” yakni kami jadikan daging itu sebagai pembungkus penguat dan pengokoh
tulang.[29] Kemudian Al-Maraghi menafsirkan فخلقنا المضغة عظاما
artinya menjadikannya angota-angota badan yang seimbang. Kemudian kami jadikan
daging itu sebagai pembungkusnya setelah tulang itu sebagai pembungkusnya. Maka
jadilah pembungkusnya itu menutupi seluruh tubuh.[30]
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa perubahan
pada mudghah dapat terjadi secara keseluruhan atau sebagiannya.
Brrdasarkan temuan ilmu kedokteran, perubahan tersebut hanya terjadi pada
sebagian mudghah karena sebagian mudghah itulah yang berubah
menjadii tulang belulang (sumber susunan tulang, otot, dan kulit adalah satu
lapisan pada jaringan, yaitu lapisan tengah).[31]
f.
Fase Penciptaan Makhluk yang berbentuk lain
Firman-Nya ثم أنشأناه خلقا أخر kholqan akhara / makhluk lain mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang
dianugrahkan kepada makhluk yang dibicarakan ini yang menjadikan ia berbeda
dengan makhluk-makhluk lain. Gorila atau orang utan, memiliki organ yang sama
dengan manusia. Tetapi ia berbeda dengan manusia, karena Allah telah
menganugerahkan makhluk ini ruh ciptaan-Nya yang tidak Dia anugerahkan
kepada siapapun kendati kepada malaikat. Orang utan atau apapun akan berhenti
evolusinya pada kebinatangan, tetapi makhluk manusia memiliki potensi yang
sangat besar sehingga ia dapat mencapai kesempurnaan makhluk.[32]
Dalam Tafsir jalalain ayat tersebut dimaknai
dengan setelah melalui fase-fase sebelumnya, maka pada fase ini terjadi
peniupan ruh ke dalamnya agar menjadi hidup stelah sebelumnya belum bernyawa.[33] Dan seperti perkataan Ibnu
Abbas dan Ad-Dhahak dalam Tafsir showi : bahwa خلقا أخر adalah keluarnya bayi ke
dunia.[34]
g.
Masa Kanak-kanak
ثم نخرجكم طفلا
ditafsiri oleh Al-Maraghi sebagai tahap dimana dikeluarkan dari rahim ibu
kalian tatkala sampai masa yang telah ditentukan untuk kelahirannya yaitu bayi
yang kecil yang masih dalam buaian.[35] Adapun dalam Tafsir
jalalain kalimat tersebut dimaknai sebagai keadaan yang lemah baik badannya,
pendengarannya, penglihatan, panca indra, amarah, dan akalnya.[36]
Kata طفل thifl yakni anak kecil / bayi berbentuk tunggal. Walaupun redaksi ayat di
atas ditunjukkan kepada jamak, namun karena ayat ini menggambarkan keadaan
setiap yang lahir, maka kata tersebut dipahami dalam arti masing-masing kamu
yang lahir dalam bentuk anak kecil / bayi. Penggunaan bentuk tunggal ini
juga mengisyaratkan bahwa ketika lahir semua thifl yang dalam hal ini
berarti bayi dalam keadaan sama, mereka semua suci, mengandalkan orang lain,
belum memiliki birahi, dan keinginan yang berbeda-beda.[37]
h.
Masa Dewasa
ثم لتبلغو أشدكم
dalam hal ini Al-Maraghi menjelaskan bahwa dimana tahap manusia dipanjangkan
usianya dan dimudahkan dalam pendidikannya sehingga sampailah pada kesempurnaan
akal dan puncaknya kekuatan (masa terkuat).[38] Hal ini juga senada
dengan yang dijelaskan oleh Ibnu katsir, yaitu kesempurnaan kekuatan yang
semakin bertambah dan mencapai permulaan usia muda serta bagusnya penglihatan.[39]
Masa dewasa adalah masa saat seseorang sedang
dalam puncak kekuatannya. Dengan mulainya masa dewasa ini, pembebanan
syari’atpun dimulai. Oleh karena itu, ayat Al-Qur’an dalam Surat Al-Hajj
menyebutkan tentang kematian sebelum dan sesudah saat itu. Ayat itu juga
menyebutkan kata nukhrijukum (Kami keluarkan kamu) dan kata nuqirru (Kami
tetapkan) tanpa huruf lam (yang berarti “agar”), sedangkan kata litablughu
(agar kamu sampai) tertulis dengan “lam”. Ini menunjukkan bahwa tujuan
dari penciptaan adalah agar kalian sampai pada umur dewasa sehingga kalian
dibebani dengan syari’at dan diuji.[40]
i.
Masa Tua
أرذل terambil dari kata رذل artinya sesuatu yang hina atau nilainya
rendah. Yang dimaksud disini adalah usia yang sangat tua yang menjadikan
seseorang tidak memiliki lagi produktifitas karena daya fisik dan ingatannya
telah sangat berkurang.[41]
ومنكم من يرد إلى أرذل الأمر
kemudian ayat tersebut juga
ditafsiri Jalalain dengan keadaan yang hina dan lemah serta takut.[42] Lebih lanjut ayat
tersebut dijelaskan dalam Tafsir showi bahwa أرذل الأمر itu lima puluh
sampai tujuh puluh tahun, ada juga yang mengatakan delapan puluh tahun dan ada
juga yang mengatakan sembilan puluh tahun.[43]
Lebih lanjut, keterangan dalam Tafsir Al-Maraghi
menyebutkan bahwa Tafsiran dari ayat ومنكم من يتوفى ومنكم من يرد إلى أرذل الأمر adalah ada sebagian kalian yang diwafatkan sampai
pada masa kesempurnaan kekuatannya dan akalnya, ada juga yang masih hidup
sampai pada masa yang sangat lemah dan pikun. Maka jadilah ia seperti masa awal
kanak-kanaknya, sangat lemah baik akal maupun pemahaman.[44]
III.
IMPLIKASI TERHADAP PENDIDIKAN
1.
Pendidikan
Harus Mempunyai Tahapan-tahapan.
Hal ini dapat disimpulkan dari proses kejadian manusia yang
bertahap-tahap. Hal ini dapat dijadikan rujukan bagi kita, baik sebagai
pendidik maupun peserta didik agar senantiasa belajar dengan tahap-tahap dari tingkat rendah ke yang
lebih tinggi, dari mudah kemudian yang sukar, dan lain sebagainya. Allah saja yang mampu manjadikannya
sekaligus tidak melakukan demikian, apalagi kita sebagai manusia biasa yang
ilmunya dibandigkan dengan Allah adalah setetes tinta yang dicelupkan ke dalam
samudra yang luas.
2.
Manusia
Dilarang Berlaku Sombong
Banyak pelajaran yang dapat ditarik dari air yang merupakan asal
kejadian manusia itu, antara lain adalah kelemahan manusia. Seakan-akan ayat
ini menyatakan kepada manusia.
“Hai manusia, engkau lemah tidak memiliki kekuasaan. Air yang
terdapat pada dirimu sendiri engkau tidak mampu menahan pancarannya, itulah
kejadianmu”
Sayyidina Ali berkata: “Hai
manusia mengapa engkau angkuh? Engkau diciptakan dari air yang hina, engkau
berjalan membawa kotoran dalam perutmu, dan badanmu kelak jika engkau mati akan
menjadi bangkai yang menjijikkan”.[45]
3.
Manusia
adalah makhluk pertama yang disebut dalam Al-Qur’an
Dalam memperkenalkan perbuatan-perbuatannya, penciptaan merupakan
hal pertama yang dipertegas karena ia merupakan persyaratan bagi terlaksana
perbuatan-perbuatan lain. Dalam hal ini adalah penciptaan manusia.
Manusia adalah makhluk pertama yang disebut Allah dalam Al-Qur’an
melalui wahyu pertama. Bukan saja karena ia diciptakan dalam bentuk yang
sebaik-baiknya atau karena segala sesuatu dalam alam raya ini diciptakan dan
ditundukkan Allah demi kepentingan manusia, tetapi juga karena kitab suci
Al-Qur’an ditunjukkan kepada manusia guna menjadi pelita hidupnya.[46]
IV.
KESIMPULAN
1.
Asal
mula kejadian manusia yaitu Nabi Adam A.S adalah tanah. Kemudian istrinya Hawa
diciptakan Allah dari tulang rusuk Nabi Adam bagian belakang sebelah kiri ketika Nabi Adam sedang tidur.
2.
penciptaan Nabi Isa juga seperti penciptaan Nabi
Adam yang diciptakan dari tanah. Bedanya, Nabi Isa melalui / mempunyai ibu,
sedang Adam langsung berasal dari tanah.
3.
Tahap-tahap kejadian manusia. Setidaknya ada
sembilan tahapan penciptaan manusia yaitu sebagai berikut :
a.
Tanah
b.
Nutfah
c.
Alaqoh
d.
Mudghah
e.
Tulang dan daging
f.
Penciptaan Makhluk yang berbentuk lain
g.
Masa kanak-kanak
h.
Masa Dewasa
i.
Masa Tua.
4.
Implikasi Terhadap Pendidikan
a.
Pendidikan
harus mempunyai tahapan-tahapan.
b.
Manusia
tidak boleh berlaku sombong.
c.
Manusia
adalah makhluk pertama yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an karena Al-Qur’an
ditujukan untuk manusia untuk dijadikan pedoman.
V.
DAFTAR PESTAKA
v M. Quraisy Syihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan,
Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
v Imam Abi FidaIsmail
Ibnu Katsir, 140 H, Tafsir Ibnu Katsir, Makkah, al-Maktabah Al-Tijariyah,1986.
v A. Mustafa
Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Dar Al-Fikri, Beirut, 2001.
v Imam Jalaluddin
As-Syuyuti & Jalaluddin Al-Mahali, Tafsir Jalalain, Semarang, Toha
Putra.
v Ahmad Showi
Al-Maliky, Tafsir Showi, Toha Putra, Semarang.
v Imam Muhammad
Ar-Razi, Tafsir Fahrir Ar-Razi, Dar Al-Fikri, Beirut.
v M. Quraisy Syihab, Wawasan Al-Qur’an, Bandung.
Penerbit Mitra. 1996.
v Muhammad Izzuddin
Taufiq, Al-Qur’an dan Embriologi Dalil Anfus dan Ayat Penciptaan (ayat-ayat
tentang penciptaan manusia), Tiga Serangkai, Solo, 2006.
v Muhamad Ali Albar, Penciptaan Manusia,
Mitra Pustaka, Yogyakarta : 2001
[2] ( ولقد خلقن اللإنسان من سلالة من طين) يقول
تعالى مخبرا عن إبتداء خلق الإنسان من سلالة من طين وهو أدم عليه السلام خلق الله
من صلصال من حماء مسنون . ( التفسير إبن كثير صحيفه ٤٥٢ )
[4] Muhammad Izzuddin Taufiq, Al-Qur’an dan Embriologi
Dalil Anfus dan Ayat Penciptaan (ayat-ayat tentang penciptaan manusia), Tiga
Serangkai, Solo, 2006. Hal. 22-23
[6] (من ضلع من أضلاعه) أي بعد أن أخذه النوم ولا
يشعر بذلك ولم يتألم . فلما استيقظ من العوم وجدها فمال إليها فأراد أن يمد يده
إليها . فقالت له الملائكة مه يا ادم حتى تئدي مهرها. قال فما مهرها ؟ قالوا حتى
تصلي على النبي صلى الله عليه وسلم. في رواية ثلاث صلوات . وفي رواية أخر سبعة عشر
(التفسير الصاوي الجز ٢ صحفه ٤ )
[7] في أن نفس الواحدة هي
أدم عليه السلام وهي نفس واحده . وحواء مخلوقة من ضلع من أضلاعه فصار كل الناس من
نفس واحده وهي أدم (التفسير الرازي الجز ٧ صحفه ٧ . ١ )
[8] (إن مثل عيسى) شأنه الغريب (عند الله كمثل أدم )
كشأنه في خلقه من غير أب وهو من تشبيه الغريب بالأغراب ليكون أقطع للخصم وأوقع في
النفس (خلقه ) أي أدم أي قالبه (من تراب ثم قال له كن) بشرا (فيكون) أى فكان وذلك
عيسى قال قال له كن من غير أب . (التفسير جلالين جز ١ صحيفه ٥٣)
[10] M.
Quraisy Shihab, Tafsi Al Misbah, Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati,2002. Vol. 9 hal. 166
[12](فَاِنَّ خَلَقْنَكُمْ مِّنْ تُرَابٍ) إذ خلق الإنسان من المني
المتولد من الأغذية و الأغذية تنتهي إلي النبات وهو يتولد من الأرض والماء (
التفسير المراغي جز ١٨ صحفه
٨)
[14] (ثُمَّ مِنْ
نُطْفَةٍ) أى ثم من مني مكون من الدام المتولد من الغذاء المنتها إلى التراب ( التفسير
المراغي جز ١٧ صحفه
٨٨)
[15](ألم يك نطفة من مني يمنى ) أي أما كان الإنسان نطفة
ضعيفة من ماء ماه يمنى يراق من الأصلاب في الأرحام ( التفسير إبن كثير صحيفه ٤٥٢ )
[16] (فجعلناه في
قرار مكين) يعنى جمعناه في الرحم وهو قرار الماء من الرجل والمرأة والرحم معد لذلك
حافظ من الماء من أودع فيه من الماء ( التفسيرإبن كثير صحيفه. ٤٥ )
[22] أن النطفة إذا وقعت في الرحم . وأراد الله أن يخلق منها بشرا . ثم
تمكثت أربعين يوما ثم تصير داما في الرحم . فذلك جمعها . وهو وقت جعلها علقة. (التفسير
الصاوي الجز ٤ صحفه
١٨٦ )
[27] (ثم من مضغة ( مخلقة) مصورة تامة الخلق ( وغير
مخلقة) أى غير تامة الخلق (التفسير جلالين صحيفه ٢٧٤)
[28] (ثم
من مضغة مخلقة وغير مخلقة) أى ثم من قطعة المسومة . لا نقصص فيها ولاعيب في إبتداء
خلقها . ومضغة غير مسومة . فيها
عيب . ( التفسير المراغي جز ١٧ صحفه ٨٨ )
[29]فخلقنا المضغة عظاما ) يعنى شكلناها ذات رأس ويدين و رجلين
بعظاممها وعصها وعروقها . (التفسير جلالين صحيفه . ٢٩ )
[30]فخلقنا المضغة عظاما) أى فصيرناها كذلك . وميزانا بين
أجزئها (فكسون العظام لحما) أى فجعلنا اللحم كسوة لها . من قبل أنه ( التفسير المراغي جز ١٨ صحفه
٩ ) يستر العظام فأشابه بالكسوة الساترة للجسم .
[33] (ثم أنشأناه خلقا أخر )
بنفخ الروح فيه . أى جعله حيا حساسا بعد أن كان جماد (التفسير جلالين جز ١ صحيفه ٢٩١)
[34] هذا
قول إبن عباس والشعيب والضحاق . وقيل الخلق الأخر هو خروجه إلى الدنيا . (التفسير
الصاوي الجز ٤ صحفه
٢٢٦ )
[35] ( ثم نخرجكم طفلا ) أي ثم نخرجكم من أرحام أمهاتكم
إذا بلغتم الأجل الذي قدّرته لخروجكم منها أطفالا صغارا في المهد ( التفسير المراغي جز ١٧ صحفه
٨٩ )
[36] ( ثم نخرجكم طفلا ) أي ضعيف في بدنه وسمعه وبصره
وحواسه و بطشه و علقه . ( التفسير إبن كثير صحيفه ٢.٦)
[38] (ثم لتبلغو أشدكم)أى ثم يعمركم ويسهل تربيتكم حتى
تبلغوا كمال عقولكم.ونهاية قواكم(التفسير المراغي جز ١٧ صحفه٨٩)
[39] (ثم لتبلغو أشدكم ) أى يتكمل القوي ويتزايد ويصل
إلى عنفوان الشباب وحسن المنظر. ( التفسير إبن كثير صحيفه ٢.٦)
[42] (ومنكم من يرد إلى أرذل الأمر ) أخسه من الهرام والخوف من الهرم والخوف (التفسير جلالين جز ١ صحيفه ٢٩٢)
[43] (إلى أرذل الأمر) قيل هو خمس زسبعون سنه . وقيل
ثمانون . وقيل تسعون . (التفسير الصاوي الجز ٤ صحفه ١٨٦ )
[44]
(ومنكم من يتوفى ومنكم من يرد إلى أرذل الأمر) أى ومنكم من يتوفى على كمال قوته
وكمال عقله . ومنكم من يبقى حتى يبلغ الهرام والخرف فيصير كما كان في أول طفولته
ضعيف البنيه سخيف العقل قليل الفهم . (التفسير المراغي جز ١٧ صحفه٨٩)
mba' rima... kamu anak stain kan...??
BalasHapusmklah tafsir ini dosenmu siapa...?